Makalah Metode Ilmu & Perencanaan Wilayah


“Sistem Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Melalui Pendekatan 
Training Need Assessment Tool (TNA-T) Berbasis Web 
untuk Pengembangan SDM Pariwisata 
di Wilayah Kabupaten Karo”

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 menyebutkan permasalahan utama birokrasi meliputi SDM aparatur, organisasi, peraturan perundang-undangan, kewenangan, pelayanan publik dan pola pikir dan budaya kerja. Permasalahan SDM aparatur sebagai pengelola organisasi instansi pemerintah yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi perlu mendapat pemecahan masalah dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

Demikian pula halnya di sektor pariwisata, SDM pariwisata merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pariwisata suatu negara. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, memuat ketentuan tentang SDM pariwisata. SDM pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan kepariwisataan. Bagaimana permasalahan SDM pariwisata yang terdiri dari SDM pariwisata di tingkat pemerintah (SDM aparatur); dan SDM pariwisata di dunia usaha dan masyarakat.

Kebijakan tersebut juga memuat arah kebijakan pembangunan SDM pariwisata di tingkat pemerintah diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas
SDM pariwisata. Strategi untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas, meliputi: meningkatkan kemampuan dan profesionalitas pegawai; meningkatkan kualitas pegawai bidang kepariwisataan; dan meningkatkan kualitas SDM pengelola pendidikan dan latihan bidang kepariwisataan. Sedangkan arah kebijakan pembangunan SDM pariwisata di dunia usaha (industri) dan masyarakat diwujudkan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pariwisata. Strategi untuk pembangunan SDM pariwisata, meliputi meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pariwisata yang memiliki sertifikasi kompetensi di setiap destinasi pariwisata; meningkatkan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan; dan meningkatkan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan kepariwisataan yang terakreditasi.

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Sumatera Utara dan salah satu Kabupaten di sekitar Destinasi Super Prioritas Danau Toba yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Kabupaten Karo menjadikan pariwisata sebagai sektor prioritas utama pembangunan selain pertanian sebagai salah satu upaya mendorong peningkatan kesejahteraan taraf hidup masyarakat. Untuk memajukan daerah  Kabupaten Karo diperlukan SDM yang unggul khususnya di bidang pariwisata sehingga potensi daerah dapat digali dan dikembangkan demi kesejahteraan rakyat.

Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam menunjang pembangunan Daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada visi pembangunan yang telah ditetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip “Good Governance” didalam melaksanakan pelayanan masyarakat.


Diperlukan upaya-upaya dalam peningkatan sumber daya manusia sehingga SDM Pariwisata mampu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat yaitu dengan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan merupakan factor penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja SDM. Namun pada kenyataannya, banyak diklat yang diselenggarakan kurang memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh SDM, sehingga banyak SDM yang sudah mengikuti diklat tidak mampu menerapkan apa yang didapat selama proses diklat. Banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, salah satunya adalah analisis kebutuhan diklatnya yang tidak dilakukan dengan benar.

Analisis kebutuhan diklat yang dilakukan tidak sesuai prosedur akan menghasilkan analisis yang salah dan akan berimbas pada penyusunan program diklat. Melalui analisis kebutuhan yang tepat, perancang program dapat menemukan kompetensi apa yang sangat diperlukan oleh calon peserta pendidikan dan pelatihan. Sehingga pendidikan dan pelatihan dapat memberikan kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta diklat dalam menghadapi tantangan dan membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Oleh karena itu, melakukan analisis kebutuhan diklat terhadap SDM Pariwisata merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki dan kompetensi apakah yang perlu dioptimalkan. Dengan melakukan analisis kebutuhan ini, akan dapat diketahui kompetensi apakah yang ingin dikuasai oleh SDM Pariwisata. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam menganilisis kebutuhan diklat adalah Training Need Assessmentn Tool (TNA-T).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Sistem Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Melalui Pendekatan Training Need Assessment Tool (TNA-T) Berbasis Web untuk Pengembangan SDM Pariwisata di Wilayah Kabupaten Karo”.


Konsep Kewilayahan
Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan, mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan manajerial pembangunan.

Teori Perencanaan (Theory Planning)
Miraza (2004), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan Wilayah
Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Konsep Ruang dan Wilayah
Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan sosial ekonomi dalam ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap kegiatan lainnya.

Daftar Pustaka :


Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta : PT.   PradnyaParamitha.

Ernan, R. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Idonesia

Miraza, Bachtiar Hasan, 2004. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bandung : Penerbit Aditama.   

Pariwisata Karo. 2009. Potensi Pariwisata Kabupaten Karo. http://pariwisatakaro.blogspot.com/2009/05/karo-map.html. Diakses tanggal 20 Maret 2020. 

Sapitri, T.R. 2018. Pengembangan Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Berbasis Training Need Assessment Tool (Tna-T) Berbantuan Web Based Questionnaire. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiryanto, W. 2017. Kajian Kebijakan Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sektor Pariwisata Era Reformasi Birokrasi. Prosiding Seminar dan Call For Paper : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.