Proposal Kualifikasi


Model Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Pariwisata (SIMPARTA) Terintegrasi Destinasi Super Prioritas 
Danau Toba Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata

Oleh :

Dewi Yanti
198105009

Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat. Teknologi komputer dan internet bukan lagi hal yang asing di masyarakat. Komputer dapat digunakan sebagai salah satu alat yang efektif dan mudah. Sedangkan internet sendiri sebagai sumber pengetahuan dan ilmu yang hampir tidak terbatas. Dengan adanya komputer dan internet beberapa pekerjaan menjadi lebih mudah dan dapat dengan cepat terselesaikan. Kita bisa mendapatkan informasi lebih up-to-date dan akurat, komunikasi antar belahan dunia kini dapat dengan mudah dilakukan, pengelolaan dan pengolahan data dalam jumlah yang banyak menjadi lebih mudah dan cepat.

Perkembangan teknologi, tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat, bertambahnya jumlah data yang harus diolah, keterbatasan waktu dan tenaga, tingkat keakuratan dan demi meningkatnya suatu kualitas kerja hal-hal tersebutlah yang mendorong manusia untuk menciptakan peralatan yang dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan mereka. Dalam bidang komputerisasi telah banyak yang ciptakan mulai dari website, game komputer, program untuk mengolah data, sistem informasi berbasis web, dan masih banyak yang lainnya. Hal-hal diciptakan tidak lain adalah untuk untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia.

Sejalan dengan keinginan pemerintah untuk memajukan industri pariwisata maka tentunya ada keinginan besar untuk menata informasi data pariwisata sebaik-baiknya agar masyarakat yang membutuhkan dapat memperoleh dengan cepat, akurat dan dapat disebarluaskan dengan mudah pula. Ada berbagai cara untuk penataan informasi tersebut. Kalau pada jaman dulu informasi disebarluaskan dari mulut ke mulut, kemudian melalui radio, surat kabar, televisi dan meida lainnya maka sekarang dengan kemajuan di bidang teknologi informasi ada beberapa sarana baru yang lebih mempercepat penyebarluasan informasi. Secara umum Sistem Informasi Manjemen (SIM)  merupakan kebutuhan setiap organisasi. Hal ini disebabkan karena data yang disimpan suatu organisasi harus selalu diperbarui dan ditambah, sehingga keberadaannya dapat membantu memberikan keputusan dengan cepat. Untuk bidang pariwisata maka SIM dapat digunakan untuk mengelola data yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, industri pariwisata maupun pemerintah. Data pariwisata yang banyak dan selalu bertambah membutuhkan pengelolaan yang tepat. SIM memiliki kemampuan untuk membantu mengambil keputusan dan juga menyediakan informasi bagi pengguna data dan informasi pariwisata. Keberadaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan baik disertai dengan dukungan sistem komputer akan sangat membantu pengelolaan data pariwisata.

Pengelolaan sistem informasi secara efektif di dalam perusahaan sangat penting karena dapat menjadi dasar untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Oleh karenanya, banyak perusahaan yang mulai mengembangkan dan memberikan perhatian khusus pada sistem informasi sebagai sumber yang memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan informasi secara efektif. Salah satu bentuk perhatian ini adalah penggunaan sistem informasi berbasis komputer untuk memperlancar arus informasi keluar untuk pelanggan, maupun ke dalam untuk kebutuhan internal organisasi atau perusahaan.

Sistem informasi digunakan oleh organisasi untuk membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien sampai dengan perannya sebagai alat untuk memenangkan kompetisi. Selain untuk membantu operasi rutin perusahaan agar menjadi lebih efisien, sistem informasi juga merupakan faktor pembeda kompetitif yang utama (O’Brien 2006). Organisasi akan menggunakan system informasi untuk mengembangkan produk, jasa, dan kemampuan yang akan memberikan keunggulan dalam pasar persaingan.

Pengadopsian dan pengembangan sistem informasi merupakan investasi yang mahal. Meskipun demikian, investasi yang mahal belum tentu mendapatkan sistem yang berkualitas dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi. Keberhasilan implementasi sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor yang komplek. Sedangkan kegagalan implementasi sistem, biasanya terjadi karena
tidak kompatibelnya sistem dengan proses bisnis dan informasi yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al. 1988).

Keberhasilan implementasi sistem dipengaruhi oleh berbagai faktor yang komplek. Sedangkan kegagalan implementasi sistem, biasanya terjadi karena tidak kompatibelnya sistem dengan proses bisnis dan informasi yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al. 1988).

Kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah sistem informasi oleh Jogiyanto (2007b) dibedakan menjadi 2 aspek. Yang pertama adalah aspek teknis, yakni aspek yang menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Kualitas teknis yang buruk menyangkut masih banyaknya kesalahan-kesalahan sintak, kesalahan-kesalahan logik, dan bahkan kesalahankesalahan informasi. Sedangkan aspek yang kedua adalah aspek non-teknis. Kegagalan non-teknis berkaitan dengan persepsi pengguna sistem informasi yang menyebabkan pengguna mau atau enggan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan.

Dari penjelasan di atas penulis tertarik mengangkat judul penelitian “Model Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Pariwisata (SIMPARTA) Terintegrasi Destinasi Super Prioritas Danau Toba Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata”.

Konsep Kewilayahan
Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan, mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan manajerial pembangunan.

Teori Perencanaan (Theory Planning)
Miraza (2004), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan Wilayah
Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata di Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni: (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan serta pemerataan pembangunan di bidang pariwisata; (2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup; (3)meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar; (4) menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable).

Sistem Informasi Manajemen
Scott (2002), system informasi manajeme adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktifitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajerr atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Pengukur Kesuksesan Sistem Informasi
Di model kesuksesan sistem informasi DeLone & McLean (D&M IS Succsess Model) ini, kualitas sistem (Sistem Quality) mengukur kesuksesan teknis,kualitas informasi (Information Quality) mengukur kesuksesan semantic dan penggunaan (Use), kepuasan pemakai (User Satisfaction), dampak individual (Individual Impact) dan dampak organisasional (Organizational Impact) mengukur kesuksesan efektivitas sesuai dengan yang diusulkan oleh Shannon dan Weaver (1949) dan Mason (1978).

Mason (1978) menunjukkan bahwa kualitas produksi dari tingkatan teknis (Technical Level) diukur dengan kualitas system produksinya (Sistem Quality). Kualitas produkyang berupa hasil dari produksi di tingkatan semantik (Semantic Level) diukur dengan kualitas informasi (Information Quality). Di tingkatan efektivitas (Effectiveness Level), efektivitas penerima diukur dengan penggunaan (Use) dari sistemnya, efektivitas pengaruh pada penerimanya diukur dengan kepuasan pemakai (User Satisfaction) dan dampak individual (Individual Impact), dan pengaruh ke sistemnya diukur dengan dampak organisasional
(Organizational Impact).

Ives dan Olson (1984) menggunakan dua buah kategori untuk mengukur hasil dari system informasi manajemen, yaitu kualitas system (Sistem Quality) dan penerimaan sistem (Sistem Acceptance). Kategori penerimaan system termasuk juga pemanfaatan sistem (Sistem Usage), dampak sistem terhadap perilaku pemakai (Sistem Impact On User Behavior), dan kepuasan informasi (Information Satisfaction). Sebelumnya Zmud (1979) juga sudah mengutarakan tiga kategori untuk keberhasilan MIS,yaitu kinerja pemakai (User Performance),pemanfaatan SIM (MIS Usage) dan kepuasan pemakai (User Satisfaction).

Daftar Pustaka

Budiyanto. 2009. Tesis Evaluasi Kesuksesa Sistem Informasi Dengan Pendektan Model Delone dan Mclean (Studi Kasus Implementasi Billing System di RSUD Kabupaten Sragen). Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ernan, R. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Idonesia

Mariana, N. 2006. Pengukur-Pengukur Kesuksesan Sistem Informasi Eksekustif. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. Vol XI, No. 1, Januari 2006 : 30-37.

Miraza, Bachtiar Hasan, 2004. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bandung : Penerbit Aditama.   

Saifullah, A.A. 2013. Penerapan Sistem Informasi Majemen Dalam Pariwisata. http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com/2013/04/penerapan-sistem-informasi-manajemen.html . Diakses 6 April 2020.

Scott, George M. 2020. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.